Duh, seram amat judulnya,..tapi saya sendiri juga bingung menentukan kata yang pas untuk menggambarkan kondisi INDONESIA ku dalam segala hal. Hal ini terutama dapat kita lihat pada sektor TRANSPORTASI,..semuanya, baik DARAT, LAUT dan UDARA. Korban demi korban terus berjatuhan layaknya pedagang yang laris manis berjualan KERUPUK. Misalnya saja di daerah saya sendiri. Bus jurusan WONOSOBO – PURWOKERTO menjadi salah satu AKTOR yang kerap menjadi sorotan berkat sepak terjang mereka di JALAN RAYA. Perjalanan yang nyaman dan menyenangkan..??!! huh,..jangan harap,..dan jangan bermimpi mendapatkannya. Jalan raya tak ubahnya seperti arena balap bagi mereka. Karena bagaimana pun juga, SETORAN lebih utama daripada NYAWA PENUMPANG. Tindakan POLISI ??!! Ah, saya belum pernah lihat sesuatu yang berpengaruh nyata dari para PENEGAK HUKUM. Bagaimana dengan sektor lainnya ??!! Sama saja, yang berbeda hanya pada masalah kemasan dan prosesnya. Beberapa pekan terakhir pun kita disuguhi berita yang hampir seragam tentang bencana EKOLOGIS di sebagian besar wilayah INDONESIA. Banjir, tanah longsor, dan jangan lupakan pula si LUMPUR LAPINDO.
BANJIR,….hmmm,..ternyata ia selalu menjadi FENOMENA tersendiri bagi berbagai kalangan, mulai dari PEMERINTAH, ILMUWAN dan RAKYAT (..yang biasanya selalu menjadi KORBAN,..atau memang harus selalu DIKORBANKAN,..). JAKARTA adalah salah satu dari sekian banyak wilayah yang selalu mendapat “HADIAH KHUSUS” saat musim hujan tiba. Aneh ??!! tidak juga,.. sepertinya itu sebanding dengan apa yang dihasilkan oleh perilaku para warga JAKARTA. PEMBANGUNAN yang membabi-buta tanpa mempertimbangkan aspek lingkungan, yang hanya mengejar status semata terus menambah derita JAKARTA sendiri yang memang telah kelebihan muatan. MEMBUANG SAMPAH PADA TEMPATNYA pun hanya menjadi SLOGAN belaka untuk pemanis dekorasi TEMPAT SAMPAH. Warga JAKARTA (..dan mungkin sebagian dari KITA) terpengaruh slogan para BUSSINESSMAN yang selalu ingin EFEKTIF dan EFISIEN, semuanya serba PRAKTIS.
Saat BELANDA berkuasa atas JAKARTA, BLUEPRINT pembangunan JAKARTA begitu indah dan cermat, termasuk pembangunan untuk mengatasi kemungkinan terjadinya KELEBIHAN DEBIT AIR di sungai-sungai di JAKARTA, termasuk rencana pembangunan BANJIR KANAL TIMUR dan BANJIR KANAL BARAT. Wajar saja, BELANDA adalah salah satu Negara yang memiliki sistem pengelolaan air terbaik.
Seperti biasanya,..ketika terjadi berbagai bencana, terutama bencana EKOLOGIS,..banyak kalangan yang selalu menyerukan INI dan ITU,..kita harus melakukan INI dan tidak boleh melakukan ITU. Bencana bisa juga dimanfaatkan oleh beberapa PEJABAT TAK BERTANGGUNGJAWAB untuk TEBAR PESONA, seolah-olah mereka ikut merasakan KEPEDIHAN mereka. Padahal mereka berputar-putar menggunakan PERAHU KARET, menggunakan MANTEL, JAS HUJAN, hanya bermodal LAMBAIAN TANGAN. Bagaimana mungkin mereka merasakan KEPEDIHAN RAKYAT. SAWAH, KELUARGA, dan banyak HAK MILIK lainnya yang hilang di tengah terjangan BANJIR dan LONGSOR.
Penanganan bencana ini harus dilakukan secara MENYELURUH dan TERKOORDINASI. Oke, saya setuju dengan hal itu, tapi saya juga selalu mendengar kata-kata ini sejak tahun 1990-an. Hampir seluruh PEJABAT NEGARA selalu menyerukan hal yang sama pada bencana yang sama.
Mungkin bencana ini akibat dari KEKAYAAN ALAM kita yang sedemikian hebat. Kita menjadi manusia yang LUPA DIRI,..mengeksploitasi ALAM dengan TANPA AMPUN…ah, kita kan Negara yang kaya,..ambil kayu sekian hektar kan tak masalah,…Mungkin ini yang ada di benak kita..Padahal, berapa banyak HAL yang harus dikorbankan akibat bencana EKOLOGIS ini.
Berbuatlah sesuatu,..kita sudah jenuh dengan SLOGAN yang selalu sama pada setiap BENCANA…..
BANJIR,….hmmm,..ternyata ia selalu menjadi FENOMENA tersendiri bagi berbagai kalangan, mulai dari PEMERINTAH, ILMUWAN dan RAKYAT (..yang biasanya selalu menjadi KORBAN,..atau memang harus selalu DIKORBANKAN,..). JAKARTA adalah salah satu dari sekian banyak wilayah yang selalu mendapat “HADIAH KHUSUS” saat musim hujan tiba. Aneh ??!! tidak juga,.. sepertinya itu sebanding dengan apa yang dihasilkan oleh perilaku para warga JAKARTA. PEMBANGUNAN yang membabi-buta tanpa mempertimbangkan aspek lingkungan, yang hanya mengejar status semata terus menambah derita JAKARTA sendiri yang memang telah kelebihan muatan. MEMBUANG SAMPAH PADA TEMPATNYA pun hanya menjadi SLOGAN belaka untuk pemanis dekorasi TEMPAT SAMPAH. Warga JAKARTA (..dan mungkin sebagian dari KITA) terpengaruh slogan para BUSSINESSMAN yang selalu ingin EFEKTIF dan EFISIEN, semuanya serba PRAKTIS.
Saat BELANDA berkuasa atas JAKARTA, BLUEPRINT pembangunan JAKARTA begitu indah dan cermat, termasuk pembangunan untuk mengatasi kemungkinan terjadinya KELEBIHAN DEBIT AIR di sungai-sungai di JAKARTA, termasuk rencana pembangunan BANJIR KANAL TIMUR dan BANJIR KANAL BARAT. Wajar saja, BELANDA adalah salah satu Negara yang memiliki sistem pengelolaan air terbaik.
Seperti biasanya,..ketika terjadi berbagai bencana, terutama bencana EKOLOGIS,..banyak kalangan yang selalu menyerukan INI dan ITU,..kita harus melakukan INI dan tidak boleh melakukan ITU. Bencana bisa juga dimanfaatkan oleh beberapa PEJABAT TAK BERTANGGUNGJAWAB untuk TEBAR PESONA, seolah-olah mereka ikut merasakan KEPEDIHAN mereka. Padahal mereka berputar-putar menggunakan PERAHU KARET, menggunakan MANTEL, JAS HUJAN, hanya bermodal LAMBAIAN TANGAN. Bagaimana mungkin mereka merasakan KEPEDIHAN RAKYAT. SAWAH, KELUARGA, dan banyak HAK MILIK lainnya yang hilang di tengah terjangan BANJIR dan LONGSOR.
Penanganan bencana ini harus dilakukan secara MENYELURUH dan TERKOORDINASI. Oke, saya setuju dengan hal itu, tapi saya juga selalu mendengar kata-kata ini sejak tahun 1990-an. Hampir seluruh PEJABAT NEGARA selalu menyerukan hal yang sama pada bencana yang sama.
Mungkin bencana ini akibat dari KEKAYAAN ALAM kita yang sedemikian hebat. Kita menjadi manusia yang LUPA DIRI,..mengeksploitasi ALAM dengan TANPA AMPUN…ah, kita kan Negara yang kaya,..ambil kayu sekian hektar kan tak masalah,…Mungkin ini yang ada di benak kita..Padahal, berapa banyak HAL yang harus dikorbankan akibat bencana EKOLOGIS ini.
Berbuatlah sesuatu,..kita sudah jenuh dengan SLOGAN yang selalu sama pada setiap BENCANA…..
0 Responses to "INDONESIA - The Killing Field"
Post a Comment